OpiniReporter.com – China berhasil menciptakan terobosan besar dalam pengembangan kecerdasan buatan generatif (GAI) dengan melatih model AI di berbagai pusat data yang berbeda secara geografis. Keberhasilan ini membuat China menjadi negara pertama yang mampu menggabungkan penggunaan GPU dari lokasi terpisah, sebuah pencapaian signifikan dalam teknologi AI. Menurut Patrick Moorhead, Kepala Analis Moor Insights & Strategy, hal ini menjadi langkah maju bagi China, terutama dalam menghadapi tantangan terkait sanksi Amerika Serikat yang membatasi akses ke chip-chip terbaru.
Nvidia, salah satu produsen chip, berusaha mempertahankan pasarnya di China dengan merilis chip H20 AI yang masih memenuhi regulasi ketat dari Washington. Meski demikian, industri teknologi China tetap menghadapi tantangan karena rumor bahwa chip ini pun bisa segera dilarang. Untuk mengatasi keterbatasan, para peneliti China menggabungkan GPU dari berbagai merek, seperti Nvidia A100 dan Huawei Ascend 910B, dalam satu klaster, meskipun sebelumnya menyebabkan penurunan efisiensi.
China saat ini memiliki lebih dari 190 model layanan AI generatif yang sudah digunakan oleh lebih dari 600 juta pengguna. China juga menjadi negara pertama yang menerapkan aturan manajemen sementara untuk layanan AI generatif pada Juli 2023, memperkuat posisinya sebagai pemimpin dalam teknologi AI global. Meski mendapat tekanan dari sanksi AS, China terus mendorong pengembangan AI melalui inovasi teknologi dan regulasi yang ketat.